MERAWAT HASIL SELEKSI PPSBB DARI ANCAMAN “TERKUBUR HIDUP-HIDUP”

Penulis: Subhan

Mendalami frase bertanda kutip pada judul di atas terkesan makna miris, menakutkan sekaligus mengerikan. Jika belum terbayangkan coba di kepala kita bisa angankan bagaimana rasanya jika ada ‘orang mati terkubur’ dan ‘orang hidup terkubur’ pasti lebih mengerikan ‘orang hidup terkubur’. Pada konteks ini bukan fisik yang menjadi fokus pembicaraan, tetapi lebih kepada ‘prestasi’. Kita bersepakat bahwa tim validasi SMA Labschool sudah bekerja tepat, cepat, dan akurat pada 2 – 3 Desember 2023 dengan mencermati berbagai jejak prestasi akademik dan nonakademik bahkan s.d. telaah digital medsos milik peserta PPSBB untuk mengetahui lebih dalam. Proses itu sudah dilakukan dan tinggallah kita merawatnya sehingga bibit potensial ini benar-benar tersemai, terolah, dan terawat dengan baik agar pada masanya, panen prestasi itu terjadi, bukan malah terpendam karena gagal merawat.

Lantas bagaimana upayanya?

1. Komunikasi
Lakukan komunikasi dengan siswa PPSBB dan orang tuanya. Tegaskan bahwa siswa yang lulus melalui jalur prestasi memiliki misi khusus yaitu meningkatkan citra SMA Labschool Kebayoran melalui ajang lomba. Penegasan seperti ini penting karena jejak sejarah pengingkaran telah berkali terjadi.

Setelah itu, kita ikat lebih formal dalam sebuah kontrak perjanjian di atas meterai. Bunyi kontrak itu
diantarnya adalah sebagai berikut;

a. Tidak menolak ketika sekolah mengutus sebagai duta lomba.

b. Berusaha semaksimal mungkin mencapai prestasi terbaik saat lomba baik dalam tim maupun individu.

c. Berlatih rutin sebagai syarat kesiapan mencapai prestasi.

d. Menjadi model untuk siswa lain dalam proses pencapaian prestasi yang berdampak pada kebanggaan warga sekolah.

e. Tetap berusaha menjaga stabilitas nilai akademik.

Paparan di atas tentunya menjadi tantangan tersendiri untuk mereka, tetapi itulah konsekuensi dari sebuah pilihan.

2. Guru pun harus tahu

Komunikasi tidak berhenti sebatas siswa dan orang tuanya yang sukses di jalur PPSBB tapi sosialisasikan juga dengan pihak guru baik lisan ataupun lisan. Dari mulai nama lengkap, kelas, dan potensi prestasinya sebab gurulah yang akan menjadi fasilitator menuju pencapaian prestasi. Jika guru sudah memahami maka guru wajib untuk memprioritaskan siswa jalur PPSBB sebagai duta lomba dengan tidak mengesampingkan siswa lain yang sejenis kompetensinya. Adalah sebuah kenyataan jika siswa berkonsentrasi dengan persiapan lomba, perihal akademik akan terganggu. Pada kondisi ini, guru harus memberikan layanan khusus agar kompetensi tidak tertinggal dengan siswa lain di samping tetap memotivasi. Hal terpenting untuk menyempurnakan usahanya adalah memfasilitasi peningkatan kualitas kompetensi dengan menghadirkan pelatih profesional baik dari luar atau dalam sekolah serta ikut urun rembug memberikan saran pembiayaan kepada pimpinan.

Paparan di atas hanyalah sebuah alternatif dari beragam pilihan lain agar seleksi PPSBB tidak hanya sekadar mengimplementasikan program semata tetapi ada upaya cerdas menuju sekolah berbudaya prestasi.

Subhan

Guru B. Indonesia

Penulis