Uji Visi Misi di Debat Caketos, Praktik Demokrasi ala Labsky

Penulis: Subhan

Debat Caketum OSIS SMA Labschool Kebayoran 2022/2023 (Dok. Pribadi)

Jakarta Selatan – Ada situasi yang beda pada pagi hari ini di SMA Labschool Kebayoran dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Seluruh siswa dikumpulkan di lapangan konblok dengan posisi kelas X sisi kiri, kelas X di sisi kanan, dan kelas XII di selasar, ada juga beberapa siswa ANBK yang mengikuti kegiatan dari lantai 2. Mereka hadir dipandu oleh pengurus MPK dalam agenda Debat Calon Ketua OSIS Tahun 2022-2023. Kegiatan dipandu oleh MC dari MPK yaitu Sashi dan Sabita. Kegiatan debat diawali dengan doa dan dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala Sekolah SMA Labschool Kebayoran, Bapak Risang Danardana. Dalam sambutannya, Pak Risang mengucapkan rasa terima kasih atas terselenggaranya Skylite Musicals 2022 dengan baik, serta menyampaikan arahan untuk tidak primordial dalam pemilihan ketua umum OSIS nanti. “Saya mengucapkan terima kasih dan selamat kepada semua pihak yang telah mendukung kegiatan Skylite sehingga berjalan aman dan lancar. Selanjutnya, untuk agenda debat kali ini silakan kalian menyimak dengan baik sehingga kalian dapat menentukan pilihan pemimpin yang mampu memimpin, bukan pada asas primordial dan gender!” sebut Pak Risang. 

Usai kepala sekolah menyampaikan sambutan, berikutnya I Made Wiweka Putra, Ketua MPK SMA Labschool Kebayoran, naik ke panggung. Dalam sambutannya, dikatakan bahwa sudah banyak upaya yang dilakukan oleh para kandidat seperti parade IG, tayangan video, dan unggahan kampanye di Youtube. Hari ini adalah puncaknya kita menyimak langsung penyampaian visi misi dan debat para kandidat ketua umum.

Debat dijadwalkan dengan beberapa tahap atau sesi. Sesi satu adalah sesi pemaparan visi serta misi dari masing-masing juru bicara para kandidat. Pada sesi ini, juru kampanye Cyra, Dimas, Dzihni, Aisha, dan Jessica hanya menegaskan ulang konten visi dan misi yang disampaikan secara tertulis dalam baliho menjadi bentuk informasi lisan.

Memasuki sesi kedua, panelis meminta para kandidat untuk menyampaikan nilai-nilai diri yang mendorong untuk menjadi ketua umum OSIS dan juga dampaknya untuk OSIS serta pihak lain. Masing-masing kandidat menyampaikan hal yang berbeda, Anisah dan Naomyscha menekankan pada unsur komunikasi. Hakim memprioritaskan pada faktor solidaritas, dikatakannya bahwa pandemi telah berkontribusi pada tatanan solidaritas, oleh karena itu kita semua warga Labsky harus mengedepankan praktik kekeluargaaan dalam aktualisasi program OSIS. Sedangkan, Keira mengumpamakan bahwa OSIS itu ibarat botol kosong yang jadi wadah aspirasi anggota, OSIS bukanlah sapi perah karena imbalan tertentu.

Masih pada sesi kedua, dengan pertanyaan yang berbeda dari MPK yaitu “Apa sikap yang akan dilakukan jika program OSIS yang anda pimpin ditolak atau dinyatakan tidak lulus oleh MPK?” tanya panelis. Umumnya, para kandidat menjawab bahwa adalah hak MPK untuk menolak, tetapi pada prosesnya OSIS harus memahami alasan penolakannya, jika alasannya adalah logis tentu bisa diterima tetapi jika alasannya di luar nalar adalah hak OSIS juga untuk mempertahankan programnya. 

Masih pada sesi yang sama dengan pertanyaan panelis yang mempersoalkan indikator tentang program yang dianggap baik. Umumnya para kandidat menyebutkan alasan yang senada, di antaranya adalah adanya inovasi baru memberikan dampak positif bagi panitia, OSIS, dan pihak yang terlibat.

Berikutnya adalah MPK yang mempersoalkan penyelesaian yang prioritas, “Mana prioritas yang akan diselesaikan oleh anda sebagai ketua, apakah soal internal atau eksternal?” tanya panelis. Empat kandidat menjawab bahwa yang perlu diprioritaskan adalah persoalan eksternal karena menyangkut pihak-pihak luar sekolah. Hanya Nazhif yang berbeda pendapat. Menurutnya prioritas adalah internal, tanpa penyelesaian internal yang baik berisiko pada penyelesaian eksternal yang kurang baik.

Pertanyaan berikutnya dari panelis lebih mengarah ke pengutamaan logika ataukah rasa dalam kinerja OSIS. Tak ada jawaban yang unik berkaitan dengan pertanyaan ini, semua kandidat mengutamakan logika dengan tidak mengesampingkan unsur perasaan.

Pertanyaan tambahan di sesi yang sama dari salah satu panelis berkaitan dengan kepatutan dan kepantasan dalam pandangan pribadi kandidat masing-masing, “Siapa yang paling cocok dan siapa yang paling tidak cocok jadi ketum OSIS?”

Menurut Keira, “ Nazhif-lah yang cocok menjadi ketua umum, sementara Naomyscha tidak cocok. Myscha akan lebih tepat di posisi yang berkaitan dengan jaringan sosial dan kelembagaan.”

Menurut Nazhif, “Yang cocok dan pantas menduduki ketua umum adalah Naomyscha, dia punya kompetensi dan keunggulan dan telah diakui banyak lembaga. Adapun yang tidak cocok bagi saya adalah Hakim, dia tidak punya  pengalaman kecuali di OSIS SMP Labschool Kebayoran.”

Menurut Hakim, “Yang cocok adalah saya sendiri karena saya yakin dengan kemampuan saya berkaitan dengan keorganisasian. Adapun yang tidak cocok untuk menjadi ketua umum adalah Keira.”

Pendapat Anisah, “Yang paling pantas adalah Naomyscha, karena memiliki social skill, kenal banyak orang, serta ramah. Adapun yang tidak cocok adalah Keira karena kurang pengalaman dalam organisasi.”

Pendapat Naomyscha, “Caketum yang paling cocok adalah saya sendiri karena visi misi yang kuat. Sementara yang tidak cocok adalah Keira, dia akan lebih cocok di bidang lain dalam struktur OSIS.”

Sesi demi sesi terus berlanjut dan kian panas, terutama pada sesi pertanyaan dari audiens dan sesi saling bertanya antarkandidat. Pada sesi ini, beberapa pengamat menafsirkan seolah terjadi ‘persekutuan’ calon ketua umum tertentu dan ‘menyerang’ ke pribadi tertentu karena pengalaman organisasi pada masa SMP di Labschool Kebayoran.

Kegiatan debat berakhir jam 09.00, kemudian MC menutup dengan doa serta mempersilakan seluruh kandidat serta seluruh siswa untuk beristirahat.